Sejak tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menerapkan kurikulum 2013. Di dalam kurikulum ini, pemerintah menghilangkan pelajaran Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dari SD sampai dengan SLTA. Menurut pemerintah pelajaran TIK dihapus tetapi TIK terintegrasi di dalam semua pelajaran. Keputusan ini didasari oleh kesadaran bahwa perkembangan TIK telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Hal ini mendorong era baru peradaban manusia dari era industri ke era informasi.
Berdasarkan hal tersebut, guru juga perlu mengadopsi peran-peran baru sebagai pengguna teknologi. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan ruang bagi siswa untuk berkembang menjadi manusia Indonesia yang berkarakter dengan memanfaatkan TIK. Kapasitas guru untuk memanfaatkan TIK secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi krusial. Kesempatan untuk pengembangan profesional melalui pemanfaatan TIK ini perlu mengakomodasi budaya refleksi dan inovasi, serta mengurangi jumlah waktu yang mereka perlukan dalam mengerjakan tugastugas lain di luar mengajar. Oleh karena itu, pengembangan profesional perlu disampaikan dalam berbagai desain, termasuk dalam desain-desain belajar mandiri, publikasi akademik dan riset, juga dalam lokakarya formal, kursus pendek dan programprogram belajar lainnya. Pengembangan profesional juga perlu relevan secara kontekstual untuk berbagai fungsi pekerjaan dalam lingkungan pendidikan, khususnya dalam mendukung pengembangan profesional guru dalam penguasaan konten mata pelajaran yang diampu.
Hasil Kajian Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran
Di dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paltimer (1991), membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan komputer dengan pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pembelajaran konvensioal. Kajian yang sama dilakukan oleh Sevannisa Kedavra, 2012, bahwa adanya perkembangan TIK yang menjadi jembatan ilmu. Salah satu peran TIK di era globalisasi ini adalah sebagai media informasi, misalnya internet. Peserta dapat mengeksplorasi informasi yang ada di seluruh dunia dengan lebih efisien dan efektif hanya dengan mengakses internet.
Kajian Literatur dan Pembahasan
Kekuatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk membantu memecahkan masalah pendidikan terutama untuk administrasi dan pembelajaran tidak diragukan lagi. Khusus untuk pembelajaran, peran TIK dapat dimanfaatkan untuk menyajikan yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata. Dengan kehadiran TIK diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satu peran TIK dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah dengan melaksanakan pembelajaran berbasis epembelajaran (e-learning). Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media (alat). Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai
sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi.
Harapan TIK dalam pembelajaran dapat mendorong timbulnya komunitas, kreativitas, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelajar. TIK juga membuat pengetahuan dan materi pelajaran yang disajikan baik berupa verbal dan visual dapat memberi daya ingat lebih lama (Suparman, 1997). Siswa yang menggunakan teknologi akan lebih siap menghadapi dunia kerja dan mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan kritis. Penggunaan TIK untuk pembelajaran (e-learning) secara umum dapat didefinisikan yaitu semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda (Thomas Toth, 2003).
Model Pembelajaran dengan TIK di SD
Seperti yang sudah diuraikan di atas, bahwa Kurikulum 2013 untuk tingkat SD menggunakan pendekatan tematik. Dari setiap tema yang sudah ditentukan, kemudian guru diminta cara mengajarnya dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka model pembelajaran dengan TIK (epembelajaran) di kelas SD sesuai kurikulum 2013, adalah sebagai berikut:
- Kegiatan Awal
- Kegiatan Inti
- Mengamati
- Belajar Mandiri
- Belajar Terbimbing
- Menanya
- Menggali Informasi
- Mengasosiasi
- Mengkomunikasikan
- Refleksi
- Konfirmasi
Model pembelajaran dengan TIK (e-pembelajaran) sesuai kurikulum 2013 untuk tingkat SD menggunakan pendekatan tematik dan strategi saintifik. Dengan strategi saintifik ini baik guru maupun siswa harus mengikuti tahapan pembelajarannya yaitu mulai dari mengamati, menanya, mendalami, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan bahkan ada yang ditambah dengan mengkreasi. Di dalam e-pembelajaran dengan pendekatan saintifik, maka tugas guru dalam pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi akan dengan mudah dilakukan apabila di sekolah tersedia berbagai media dan sumber belajar baik yang berbasis TIK maupun tidak. Untuk media yang berbasis TIK, maka guru harus mendapatkan materi pelatihan pembelajaran berbasis TIK.
Oleh : ZALEHA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASISEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANMUHAMMADIYAH MUARA BUNGO 2020.
Komentar
Posting Komentar